http://walmaspost.com/wp-content/uploads/2025/03/IMG-20250325-WA0026-scaled.jpg
DaerahDaerahHeadline

Media WTL Batalkan Proses Kerja Sama, Pertanyakan Objektivitas Kominfo Palopo

×

Media WTL Batalkan Proses Kerja Sama, Pertanyakan Objektivitas Kominfo Palopo

Sebarkan artikel ini

Palopo – Polemik mengenai proses seleksi media kerja sama di lingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Palopo kembali menjadi sorotan. Kali ini, kritik datang dari Pimpinan Redaksi Wija To Luwu, Arzad, yang memutuskan membatalkan proses kerja sama publikasi dengan Kominfo Palopo.

Keputusan tersebut diambil Arzad karena adanya dugaan kurangnya transparansi dan objektivitas dalam proses seleksi yang dilakukan oleh Kepala Bidang Opini Dinas Kominfo Palopo.

“Bukan kami tidak ingin masuk, hanya saja kami memandang kondisi untuk membangun kerja sama yang seperti itu tidak baik sehingga kami lakukan pembatalan proses kerja sama,” kata Arzad, Rabu (14/5/2025).

Ia menyampaikan kekecewaannya terhadap sikap Kabid Opini Kominfo yang dinilai tidak adil dalam menentukan media yang diajak bekerja sama, tanpa mempertimbangkan aspek mutu dan integritas.

“Sangat disayangkan Kabid Opini Kominfo Palopo ini tidak objektif memilah media untuk membangun kerja sama,” tegasnya.

Arzad juga menyoroti permintaan data e-catalog oleh pihak Kominfo kepada Wija To Luwu, yang menurutnya datang terlambat karena tahapan pengajuan sudah selesai dan media lain telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU).

“Padahal ada media sebelum kami juga itu, cuma tidak masuk karena alasan anggaran terbatas. Tapi kenapa Wija To Luwu dimintai link e-catalog? Padahal kan sudah terlambat untuk pengajuan ini. Media lain sudah teken MOU,” jelas Arzad.

Ia menilai, mengikuti kerja sama yang prosesnya tidak dilakukan secara terbuka justru akan merusak prinsip profesionalisme, terutama jika media yang lebih berkualitas harus tersisih.

“Tidak enaklah kita masuk dengan cara yang tidak normal sedangkan ada beberapa media yang bagi saya lebih berkualitas dan layak berada di situ,” tambahnya.

Menurutnya, praktik seperti itu bertentangan dengan prinsip kualitas yang seharusnya menjadi dasar dalam menjalin kemitraan. Ia menegaskan bahwa kualitas media tidak seharusnya diukur berdasarkan kedekatan dengan pihak tertentu.

“Ini sudah tidak sejalan dengan prinsip kualitas. Kami memahami kualitas media itu sangat perlu, bukan diukur dari titipan pihak tertentu, tetapi kredibilitas menghasilkan sebuah berita,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *